Perbandingan Indeks Pembangunan Manusia Di Indonesia dan Singapura

Masyarakat Indonesia sering mendengar bahwa Indonesia pernah menjadi Macan Asia. Kenyataannya, predikat itu justru tidak dimiliki oleh Indonesia. Julukan Macan Asia adalah sebutan yang diberikan untuk negara-negara dengan perekonomian yang kuat. Di antara negara-negara Asia, perekonomian Indonesia belum cukup kuat. Dalam lingkup Asia Tenggara saja, Indonesia masih belum sekuat negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Filipina, Thailand, dan Brunei Darussalam.

Di antara negara-negara ASEAN, Indonesia tidak hanya belum kuat secara ekonomi saja namun juga di aspek lain seperti pembangunan manusia. Meskipun hanya Indonesia, negara anggota ASEAN yang juga menjadi anggota dari G20, namun berdasarkan Indeks Pembangunan Manusia yang dikeluarkan oleh UNDP, tingkat perkembangan manusia di Indonesia masih tertinggal di banding negara tetangga. Negara yang sangat jauh peringkatnya dengan Indonesia adalah Singapura. Berdasarkan hasil Human Development Index (HDI) tahun 2019, skor HDI untuk Singapura adalah 0.935 dan berada di peringkat 9 dari 189 negara. Sedangkan Indonesia mendapat skor 0.707 dan berada di peringkat 111 dari 189 negara. Tahun 2019 merupakan tahun pertama dimana Indonesia mencapai tahap High Human Development, sedangkan Singapura sudah mencapai tahap Very High Human Development sejak tahun 2000.

Indonesia dan Singapura sebenarnya bukanlah perbandingan yang setara meskipun berada di satu kawasan yang sama. Hal ini dikarenakan, HDI mengukur sejauh mana perkembangan pembangunan sebuah negara. Secara kuantitas, Singapura akan jauh lebih unggul karena wilayah negaranya lebih kecil dan jumlah penduduknya jauh lebih sedikit dari Indonesia. Pada tahun 2019, ada sekitar 5 juta jiwa penduduk di Singapura, sedangkan Indonesia memiliki sekitar 268 juta jiwa penduduk di tahun yang sama. Banyaknya jumlah penduduk ini tentu mempengaruhi kualitas manusia yang berada di dalam sebuah negara.

HDI mengukur pembangunan manusia melalui tiga indeks, yang pertama ukuran angka harapan hidup, yang kedua kualitas pendidikan, dan yang ketiga jumlah Pendapatan Nasional Bruto (PNB) per kapita. Indeks yang pertama adalah angka harapan hidup. Pada indeks ini dinyatakan bahwa tingkat kesehatan yang tinggi di masyarakat akan membuat masyarakat memiliki kesempatan hidup yang lebih panjang. Angka harapan hidup di Singapura berdasarkan laporan UNDP pada tahun 2019 adalah 83,5 tahun sedangkan Indonesia 71,5 tahun. Hal ini menunjukan bahwa tingkat kesehatan masyarakat di Singapura jauh lebih tinggi di banding Indonesia. Di Indonesia kita mengenal BPJS sebagai bantuan pemerintah untuk menjamin kesehatan masyarakat. Namun kenyataannya, BPJS ini tidak cukup efektif untuk mensejahterakan rakyat. Realita yang terjadi, masyarakat yang berobat menggunakan BPJS akan mendapat pelayanan yang lebih lama dibanding masyarakat yang berobat tanpa BPJS. Sedangkan di Singapura, dikenal dengan istilah 3M yaitu Medisave, Medishield, dan Medifund. Medisave merupakan investasi wajib yang dibayarkan masyarakat melalui gaji mereka atau dapat dikatakan sebagai pajak jaminan sosial. Sedangkan Medishield adalah tawaran asuransi yang tidak bersifat wajib namun tetap ditawarkan oleh pemerintah Singapura untuk membantu menangani masalah kesehatan yang lebih berat. Sedangkan Medifund merupakan tawaran asuransi untuk jangka panjang. Tidak seperti di Indonesia, pemerintah Singapura lebih mendorong masyarakatnya untuk sadar terhadap kesehatan mereka masing-masing. Oleh karena itu, pemerintah Singapura selalu berupaya untuk menekan harga kesehatan agar tetap rendah, sehingga minat masyarakat untuk melakukan perawatan kesehatan rutin ternilai tinggi. Di Indonesia, masyarakat cenderung dimanjakan dengan subsidi yang terus diberikan oleh pemerintah.

Yang kedua adalah kualitas pendidikan. Melalui laporan HDI, indeks kualitas pendidikan ini diukur dari berapa tahun lamanya masyarakat mendapat pendidikan. Di Indonesia, rata-rata masyarakat mendapat pendidikan formal selama 12,9 tahun dan masyarakat Singapura mendapat pendidikan formal selama 16,3 tahun. Menurut saya, kualitas pendidikan  seharusnya tidak hanya sekedar dilihat dari berapa tahun lamanya masyarakat mendapatkan pendidikan tapi juga seberapa merata dan seberapa bagus hasil dari pendidikan tersebut.  Pendidikan di Singapura sudah merata dan memiliki sistem yang bagus. Tetapi menurut saya, sistem pendidikan di Singapura bukan merupakan contoh pendidikan yang bagus untuk ditiru. Hal ini dikarenakan ada negara lain yang lebih bagus sistem pendidikannya untuk bisa ditiru misalnya negara Finlandia.

Indeks yang ketiga adalah  PNB per kapita. Meskipun perekonomian Indonesia sudah dikatakan cukup bagus yang ditandai dengan bergabungnya Indonesia ke G20, tetapi ketika pendapatan nasional itu dibagi per kapita tentu jumlahnya menjadi lebih kecil mengingat banyaknya penduduk yang ada di Indonesia. Sedangkan di Singapura, PNB negaranya juga tinggi kemudian didukung dengan jumlah penduduknya sedikit, sehingga PNB per kapitanya tetap tinggi.

Keberadaan negara-negara di ASEAN dapat menjadi pembanding untuk pembangunan suatu negara. Pembangunan yang sekaligus dapat menjadi penilaian seberapa baik kinerja pemerintahan yang sedang berlangsung. Laporan HDI tahun 2019 ini hendaknya tidak menjadikan Indonesia puas karena sudah mencapai tahap High Human Development, karena apabila dibandingkan dengan dengan tetangga seperti Singapura, Indonesia tentu masih belum berada di tingkat yang sama. Oleh karena itu, kesenjangan yang masih sangat terlihat ini hendaknya bisa menjadi evaluasi bagi pemerintah untuk terus meningkatkan pembangunan manusia yang ada di Indonesia.


Terimakasih sudah membaca.

Jangan lupa bahagia!

Comments