Bersyukur #1



Hai, apa kabar? Semoga dalam keadaan baik, ya.

Dalam hidup, kita setidaknya pernah sekali, dua kali, atau mungkin seringkali berpikir untuk menjadi orang lain atau menjalani hidup yang orang lain jalani, bukan? Kalau misalnya lihat rumput tetangga yang lebih hijau, kita mungkin sering mikir, “kok rumputnya hijau banget ya? Kok rumput gue engga.” Kita ga bisa memungkiri kalau rasa ‘iri’ itu kadang hadir dalam hati kita, baik disengaja ataupun tidak.

Is it good?

Kadang, rasa iri itu justru membangkitkan semangat kita untuk menjadi lebih baik. Bisa juga membuat kita bersyukur jika mau melihat ke bawah atau ke belakang. Tapi rasa tersebut juga bisa membuat kita membenci orang lain atau bahkan takdir kita sendiri. Ada banyak pilihan dalam hidup untuk kita melihat sebuah fenomena. Baik dan buruk selalu menjadi hal yang berdampingan. Dan hari ini, aku lagi-lagi ingin melihat sebuah fenomena dengan penuh rasa syukur.

Semenjak dilonggarkannya protokol kesehatan pandemi dan diperbolehkan orang-orang untuk beraktivitas di luar rumah, perekonomian di daerah-daerah mulai membaik. Banyak para usahawan yang mulai kembali merintis usahanya. Seperti yang terjadi di kotaku, sejak setahun belakangan, ada begitu banyak usahawan yang merintis bisnis F&B, terutama coffee shop. Sebagai mahasiswa semester akhir sekaligus pekerja lepas, coffee shop adalah tempat yang cocok untuk beraktivitas. Aku juga suka coffee shop karena suka menonton live music. Suasana coffee shop yang nyaman di siang hari dan meriah saat malam membuat coffee shop banyak dikunjungi muda-mudi maupun manusia paruh baya belakangan ini. Namun akan jarang ditemukan bapak ibu yang sudah sedikit lebih dewasa atau justru sudah lansia di dalamnya, kecuali untuk mereka yang belum bisa menikmati masa tua dengan nyaman.

Kenapa begitu?

Well. Orang-orang tua yang aku lihat sering pergi ke coffee shop adalah mereka yang berdagang makanan-makanan ringan seperti kacang-kacangan, keripik, tahu goreng, dsb. Mereka yang menjajalkan makanannya di tengah keramaian manusia yang bernyanyi dan bersenda gurau. Mereka yang kadang berhenti sejenak untuk ikut menikmati alunan musik yang ada. Mereka yang terkadang menatap sendu manusia-manusia di coffee shop. Ga tau ya sebenarnya apa yang mereka pikirkan dan terkadang bukan urusan kita juga buat mikirin hal kayak gitu. Tapi kalo boleh aku berasumsi, bisa jadi mereka punya pikiran kayak…

“seru ya jadi anak muda, hidupnya bisa ketawa ketiwi aja,”

“enak ya mereka, bisa jajan ini itu, sedang aku untuk makan dan lanjut berjualan besok aja susah,”

“kapan ya anak-anakku bisa menikmati hidup seperti mereka,”

“gimana ya rasanya bersenda gurau bersama teman-teman sebaya,”

“kenapa ya mereka ga mau membeli daganganku,”

Dsb.

Ini hanya kemungkinan kecil dari luasnya pemikiran random orang-orang yang melihat aku, kamu, atau mungkin kita yang sedang duduk di coffee shop. Mereka yang raut wajahnya terlihat sendu. Untuk kamu yang mungkin jarang memperhatikan lingkungan sekitar, cobalah untuk menjadi lebih peka. Terkadang dengan melihat suasana sekitar aja, kita bisa mengucapkan syukur yang luar biasa.

Hari ini aku juga belajar untuk menghargai orang lain. Jika belum bisa membantu, maka berilah senyuman. Kalau sedang tertawa dan mereka datang untuk menawarkan jajanan, cobalah untuk menghargai kedatangannya dengan memelankan suara hingga mereka berpindah tempat. Menghargai mereka yang berjualan dengan susah payah itu banyak jenisnya, pilihlah salah satu yang sesuai dengan kemampuan kita. Karena menjadi baik itu ga ada salahnya.

 

Ini tuh random thought malem tadi yang baru sempat ditulisin esok paginya. Ada banyak random thought yang mau aku bagiin. So stay tuned!

 

Terima kasih sudah datang dan membaca.

Jangan lupa bersyukur dan berbahagia!

Comments