Terima kasih, Oktober!

Dalam hidup, kita mungkin tidak bisa mengambil kesimpulan begitu cepat, atau mungkin kita memang tidak bisa mengambil kesimpulan hingga kejadian atau peristiwa itu benar-benar berakhir.


Hari ini adalah hari terakhir di bulan Oktober. Ada begitu banyak fenomena yang terjadi di berbagai belahan dunia. Fenomena luar biasa yang meregang banyak nyawa. Oktober ini penuh duka. Berita buruk bertebaran dimana-mana.

Akhir bulan lalu, aku berharap bisa merasakan keceriaan di bulan ini. Dan sungguh, keceriaan itu tidak datang begitu saja. Hidup memang akan selalu seperti roller coaster. Tapi aku lebih suka menyebutnya bianglala. Kenapa? Mungkin bisa dibaca aja tulisan sebelumnya.

Keceriaan itu ga datang begitu saja. Seolah-olah Tuhan sedang mengisyaratkan hamba-Nya dan mengatakan bahwa kalau mau ceria ya sedih dulu. Minggu pertama adalah minggu normal, di mana kehidupan berjalan seperti biasanya. Minggu kedua, depresi mulai muncul. Minggu ketiga depresi kembali muncul dengan obatnya. Minggu keempat adalah hadiah bagi mereka yang mau bersabar sembari terus meminum obatnya.

Terima kasih Oktober,
Bulan dimana aku merasakan gusar, galau, hampa, dan bahagia. Bulan pertama dalam tahun ini yang mampu menampung air mata begitu banyak dalam dada tanpa mampu untuk dikeluarkan. Biasanya kalau sedih ya sedih aja, nangis ya nangis aja. Tapi kemarin, ada masanya air mata itu gabisa keluar tapi rasanya kayak udah penuh dan udah seharusnya dia keluar. Tapi tak kunjung pecah. Sempat keluar beberapa kali karena trigger yang tak terelakkan.

Bulan yang penuh tanda tanya dan pertimbangan. Sebagai seseorang yang selalu mengambil keputusan dengan cepat dan tanpa pikir panjang, kali ini aku benar-benar berhati-hati untuk bertindak dan berkata-kata. Mencoba mengenali diri sendiri dan apa yang aku mau, baru kemudian mengambil keputusan.

Hidup begitu berat ketika tidak punya pilihan. Tapi memiliki banyak pilihanpun juga menjadi ketakutan tersendiri bagi mereka yang pernah gagal dan hina. Kegagalan yang berujung pada cemooh dan hinaan. Kegagalan yang meruntuhkan kepercayaan diri manusia paling optimis di bumi.

Namun senang rasanya ketika Tuhan mendengar isi hati hamba-Nya yang memang membutuhkan teman. Tidak bisa dipungkiri bahwa Tuhan memang sebaik-baiknya tempat mengadu. Tapi sebagai manusia biasa, aku hanyalah makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain, untuk bercerita, bersandar, berkeluh kesah, membuat momen bersama, melakukan hal menyenangkan bersama, menangis dan tertawa bersama, bahkan untuk melakukan hal konyol bersama. Hingga pada masanya, aku berharap bertemu seseorang yang bisa diajak beribadah dan bermimpi bersama. Tapi mereka yang ada hari ini sudah lebih dari cukup.

Momen-momen indah banyak terukir di Oktober 2022. Mereka yang datang akan pergi. Mereka yang hari ini disini, esokkan pindah. Gapapa. Ga akan ada hal yang abadi di dunia, kita harus terima kenyataan itu. Sebagai manusia optimis, aku tetap berharap mendapatkan November dan Desember Ceria.

Jika keceriaan Oktober mungkin dipenuhi oleh masa-masa pertemanan yang indah, aku berharap keceriaan November diisi dengan penyelesaian persoalan akademik yang sangat aku cintai. Aku mencintai ilmu yang aku pelajari, jurusan yang aku pilih, topik tugas akhir yang aku putuskan, membaca dan menulis, dan semua kegiatan belajar lainnya. Jadi, berbaik hatilah pada mereka yang sangat menyukai dunia pembelajaran ini.

Terima kasih sudah singgah.
Semoga kita bisa mencapai apapun yang diinginkan setiap hari, bulan, dan tahunnya. Tulisan ini adalah wujud apresiasi, harapan, dan agenda kasar yang selalu aku pikirkan menjelang datangnya waktu untuk memulai lembar baru. Semoga bermanfaat, cheers! 🍻 

Comments